Tepat sebulan yang lalu
rombongan kami dari komunitas pecinta alam rezpacker telah berhasil mendaki dua
gunung sekaligus, yaitu Gunung Merbabu dan Gunung Merapi dengan durasi waktu
kurang dari sepekan. Rombongan kami berjumlah tiga orang, antara lain saya,
aisyah, dan lunas. Tepatnya pada 15 Agustus 2016 kami memulai perjalanan ini.
Hari pertama : Pukul 20:45
kami berangkat dari UIN Surabaya menuju terminal Purabaya, kemudian kami
menaiki bus EKA jurusan Surabaya-Magelang dengan harga tiket per orang sebesar
117K, dengan bonus makan malam di Ngawi. Perjalanan kami terhenti di terminal
magelang pada pukul 05:15. Disana kami akan melanjutkan perjalanan lagi dengan
naik bus mini jurusan wekas dengan harga tiket 10K per orang.
Hari kedua :
Wekas, adalah nama daerah
yang terletak di lereng gunung merbabu, kenapa kami berhenti di daerah itu,
karena disana adalah salah satu akses pintu masuk perizinan untuk memulai
pendakian gunung merbabu. Jarak gapura tepat bus berhenti dengan basecamp
perizanan sejauh 5-6 km atau 1,5 jam kami tempuh dengan berjalan kaki.
Karena ojek disana lumayan
mahal, bisa jadi per orang sebesar 25K, tanpa tawar. Setelah kami registrasi
dengan harga tiket pendakian per orang sebesar 10K, kami packing peralatan dan logistik sambil
ngopi di basecamp. Untuk registrasinya per orang 5K, bisa dibilang murah,
karena di gunung-gunung yang sudah populer seperti Semeru, tiketnya saja sudah
mencapai 22,5K per orang dan per hari pula.
Dan kami pun memulai
perjalanan pukul 08:00, dengan tekat yang masih kuat, sebelum sampai ke tiap
posnya, kami berjalan pelan tapi pasti, mengingat track yang kami lalui sangat
kejam, minim sekali flat (dataran), sehingga kami pun cukup kelelahan dan
kelaparan. Disamping itu, hujan turun gerimis membuat perjalanan semakin
berkesan, rintik hujan memuntun kami terus maju kedepan.
Setibanya di pos 3 pukul
17:00, kami beregas mendirikan tenda karena hujan semakin deras saja. Aisyah
yang dari bawah mengeluh tas nya berat pun, akhirnya tepar juga ketika sudah di
dalam tenda. Tanpa jaket standar, tanpa sleeping bag, hanya berkemulkan double
sarung atlas dan beralaskan matras, dia tidur sambil menggigil pelan.
Suasana malam itu mendung
dan dingin. Para anggota kurang bisa merasakan tidur nyenyak. Akhirnya pagi
yang ditunggu itu pun tiba, dengan cahaya yang masih belum sepenuhnya keluar
dari singgasananya, kami berfoto ria, menikmati sunrise di gunung Merbabu yang
mempesona. Udara dingin bercampur panas matahari semakin menentramkan hati.
Hari ke tiga :
Kami memulainya dengan
menjemur semua pakian dan tas yang telah basah akibat hujan kemarin, mendirikan
jemuran dengan peralatan yang ada dan membuka menu untuk sarapan pagi, yaitu
sambal terong dan tempe, karena apapun itu jenis makannya minumnya teh botol
sosro, eh salah, tapi akan terasa nikmat jika berada di gunung dan memakannya
secara bersamaan, nice.
Hari ini kita akan summit,
dengan harapan semoga summit kali ini berjalan lancar, tanpa kendala suatu
apapun, ‘Berdoa mulai’, “kata Lunas. Semua peralatan, baik tenda, carrier, dan
barang-barang lainnya akan kita bawa ke puncak Kenteng Songo (puncak merbabu),
karena kita akan melewati jalur yang berbeda.
Setibanya di puncak pukul 13:00,
dengan suasana yang indah, sedikit berkabut namun cerah. Kami berfoto-foto,
bergantian, dan menuliskan pesanan nama yang sudah di siapkan untuk difoto di
puncak Merbabu. Terutama bagi aisyah, yang kebanjiran orderan nama dari
teman-temannya. Tujuan kami telah terwujud, di atas awan jawa tengah. Kami
bersyukur upaya kami dari rumah hingga saat ini tidak sia-sia.
Mengingat kami akan langsung
turun ke basecamp selo, dan tidak akan menginap semalam lagi di sini. Maka kami
bergegas turun ke basecamp selo, agar besok kembali bugar, untuk melanjutkan
perjalanan kami kembali ke Gunung Merapi.
Kami tiba di basecamp selo
puluk 20:00, dengan kaki yang sudah kaku. Karena pendakian dua hari yang kami
lalui. Sebenernya kami sudah merasa lelah, tapi tekat kami kembali membaja,
untuk menjelajahi Gunung Merapi esok. Semoga tekat ini akan terus terjaga
hingga pagi tiba.
Alarm kami berdengung, menandakan
pukul 05:00 waktunya sholat subuh, walaupun agak terlambat sedikit, tapi
kewajiban ini harus ditunaikan dimanapun kita berada, right. Saya bangkit dari
tempat tidur dan menghirup udara pagi yang segar, sambil pemanasan sebelum
melanjutkan pendakian menuju puncak Merapi.
Pukul 09:00 kami bersiap
menuju ke basecamp barameru, di desa newselo, jaraknya kira-kira 7-8 km,
rencana awal kami akan berjalan kaki, namun setelah ada kesempatan menaiki
kendaraan pick up, join dengan rombongan dari Bintaro, kami memutuskan untuk
naik pick up saja, mengingat fisik kami yang sudah lelah ditambah tekat kami
untuk sampai di puncak Merapi.
20 Menit perjalanan di atas
pick up, melewati desa-desa yang kontur jalannya naik turun, dan di kelilingi
oleh hasil pertanian masyarakat sekitar. Kami semakin semangat untuk mendaki
gunung Merapi. Setibanya di basecamp Barameru, kami menunaikan sarapan pagi,
dan menyiapkan perbekalan, melanjutkan perjalanan bersama rombongan dari
bintaro pukul 11:00.
Medan yang kami lalui sangat
menguras tenaga, disamping tidak ada sumber air, tracknya nyaris tanpa flat
(dataran). Tapi semua itu kami lalui dengan seru-seruan bersama teman dari
bintaro, sehingga rasa lelah kami hilang seketika. Rencananya kita akan
mendirikan tenda di pasar bubrah. Namun ternyata target kita di luar prediksi.
Hari semakin larut dan kita masih berada di pos 2. Maka kita sepakat untuk
mendirikan tenda di pos 2, dan melanjutkan summit esok hari.
Malam itu udara dinginnya
tidak menusuk seperti kemarin, cuaca cerah, bintang-bintang berhamburan di
langit. Kita masih sempat melihat kota jogya dari pos 2, barisan lampu-lampu
kota yang menyala. Karena tenda kita di persatukan dengan tenda teman bintaro,
maka yang bertugas memasak malam itu adalah teman-teman dari bintaro, dengan
menu andalannya yaitu, semur jengkol, yuu nyami.
Hari ke empat :
Pagi telah tiba, sinar
matahari menyingsing keluar dari tempat persembunyianya. Setelah sarapan untuk
mengisi energi, saya, lunas, aisyah, bewok, dan kiki. Berdoa agar summit kali
ini berjalan lancar, tanpa suatu halangan apapun. Tiba di puncak Garuda (puncak
gunung merapi), pukul 10:00. Kami mengibarkan sang merah putih dengan gagah.
Setelah selesi berfoto-foto,
kami turun menuju tenda. Kemudian makan siang dan bergegas turun ke basecamp
barameru. Saya merasa sudah sangat lelah kepayah. Akirnya saya memutuskan untuk
berjalan pelan di barisan paling belakang rombongan. Pelan tapi pasti itu motto
saya. Tiba di basecamp barameru pukul 14:00. Menunggu jemputan pick up untuk
diantar ke terminal boyolali.
Perlu diingat, perjalanan
kami tidak terhenti di sini, kami akan melanjutkan perjalanan ini ke
Yogyakarta, di jalan malioboro itulah tujuan kami selanjutnya. Setibanya di
terminal boyolali, kami lantas menyewa mobil carteran dengan rombongan dari
garut. Karena tujuan kami sama, ingin pergi ke jogya juga. Tiba di jl.
Malioboro kami langsung bergegas turun dari trans, dan pergi mencari makan
untuk dinner.
Nasi yang goreng adalah
pilihan kami waktu itu, seperti biasa, kami kembali menghitung budget yang
tersisa, dan ternyata budget kami semakin mengenaskan, duit yang tersisah hanya
bisa dibuat naik bus saja. Malam itu, kami gelisah. Mencari-cari cara untuk
alas tidur malam ini. Setelah lama berputar-putar akhirnya kami menemukan
sebuah masjid di samping jalan.
Kami berniat untuk tidur
semalam melepas lelah yang tak bisa di kompromi lagi, namun di masjid tersebut
ada satpam yang berjaga, dan kami pun menemuinya untuk meminta izin singgah
semalam. pak satpam menyetujuinya, dengan syarat menunjukkan KTP dan harus
bangun ketika adzan subuh berkumandang, kamipun lekas menyetujui persyaratan
satpam tersebut.
Hari ke lima :
Kami membersihkan badan yang
lengket oleh keringat sejak 4 hari yang lalu, dan bersiap mengelilingi
sudut-sudut kota Yogyakarta yang kental dengan budaya. Kami berjalan kaki
dengan berfoto-foto di setiap bangungan yang menarik di sepanjang jalan.
Langkah kami terhenti di halte trans, karena sudah waktunya kami pulang kerumah
masing-masing.
Pukul 10:00 trans kami
berangkat menuju terminal Giwangan, lantas kami melanjutkan perjalanan dengan
menaiki bus Sugeng Rahayu tujuan Yogya-surabaya, dengan harga tiket 55 per
orang. Tidak kami sia-siakan waktu dialam bus, kami beristirahat sepanjang hari
di dalamnya. Karena perjalanan dari yogya ke Surabaya cukup menguras waktu,
sekitar 8 jam perjalanan.
Tepat ketika Adzan isya kami
tiba di terminal purabaya, kami bersyukur karena masih dapat kembali di kampung
halaman dengan sehat, tanpa kurang apapun, kecuali duit. Karena yang terpenting
dari esensi pendakian adalah berangkat sampai hinggs pulang dalam keadaan
selamat. Dan restu orang tua itu memang sangat di andalkan, karena doanya
selalu mengangkasa tanpa sekalipun kita minta, doanya lebih di dengar oleh sang
maha kuasa.
Jadi, mendakilah kenapaun
kalian mau, jelajahi alam Indonesia yang luas dan indah ini. Ambil pelajaran
dari setiap perjalanan kalian, dan selalulah meminta restu kepada orang tua,
agar perjalananmu semakin tenang dan berkah.